membangun budaya literasi untuk mengurangi ketertarikan melihat topeng monyet dibandingkan sampul buku
menurunnya minat baca terutama di provinsi jambi sangat menggelitik pikiran saya ketika membaca tentang perkembangan minat baca di indonesia.Menurut studi dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menunjukkan, persentase minat baca anak Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya, dari 10.000 anak bangsa, hanya satu orang yang senang membaca.
Menurut Mr.Smith dalam buku Mr.Ginting terbitan tahun 2005, membaca yaitu suatu proses yang membangun pemahaman sari bacaan (teks) yang tertulis.Membaca merupakan salah satu aspek penting dalam belajar,dasar pemikiran dan kreativitas seseorang ditemukan apa yang dibacanya.
Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi, Akademi, dan yang paling umum adalah Universitas. Tetapi pada dasarnya makna Mahasiswa tidak sesempit itu. Terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi atau sejenisnya hanyalah syarat administratif menjadi mahasiswa. menjadi mahasiswa mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri.
Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per-kata, mahasiswa adalah seorang agen perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyaraka di berbagai belahan dunia, terutama di daerah tempat dimana ia tinggal, di karenakan yang paling mendasar pada mahasiswa itu terletak pada Fungsi dan Peran pada diri mahasiswa sebagai Agent of Change (Agen Perubahan), dan Agent of Social Control (Pengontrol Kehidupan Sosial).
Namun secara garis besar setidaknya ada 3 poin penting peran dan fungsi mahasiswa, diantaranya: Pertama, Perananan Moral. Dunia kampus merupakan dunia dimana setiap mahasiswa dengan bebas memilih kehidupan yang mereka inginkan. Disinilah dituntut tanggungjawab moral terhadap diri masing-masing sebagai individu untuk dapat menjalankan kehidupan yang bertanggungjawab dan sesuai dengan moral hidup dalam bermasyarakat.
Kedua, Peranan Sosial, selain bertanggung jawab terhadap individu, mahasiswa juga memiliki peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri tetapi juga harus bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Ketiga, Pernanan Intelektual, mahasiswa sebagai orang yang disebut sebut sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata. Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dan peras dasar mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pegetahuan dan memberikan perubahan lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki.
budaya membaca ditekankan kepada mahasiswa yang sekarang itu masih menyandang status elit intelektual,progresif,dan punya daya kreativitas tinggi dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab,pada hakikatnya mahasiswa adalah sentral peradaban dan calon penerus bangsa,itupun kalau mahasiswa sadar bahwa dia mahasiswa
tak bisa dipungkiri peran budaya membaca sangat mempengaruhi pola pikir mahasiswa dengan berbagai refernsi dari tiap buku, tiap tokoh bersejarah menuju kedewasaan berpikirnya seorang mahasiswa, agar nanti ketika masanya yang menjadi mahasiswa sudah siap untuk memimpin,jika mereka tahu !!
tetapi kebudayaan literasi (membaca) dan diskusi ternyata sangat minim dikalangan mahasiswa, peristiwa ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan mahasiswa ke perpustakaan dikampus dan erpustakaan di wilayah, perpustakaan terlihat ramai ketika dosen memberi tugas untuk ke perpustakaan, sedangkan dihari hari biasa perpustakaan cenderiung sepi kunjungan mahasiswa.
mahasiswa di era sekarang mengalami penururunan budaya baca yang mengakibatkan tempat-tempat persinggahan seperti kantin, taman, kafe serta tempat lainnya di jadikan sebagai lokasi gosip-gosipan, Bahkan lucunya ketika kita lihat ke salah satu komunitas perpustakaan jalanan yang berada di kota jambi (tugu keris siginjai) begitu minimnya minat baca dari mahasiswa untuk berkunjung, serta mereka lebih tertarik melihat topeng monyet ketimbang melihat sampul buku.
Menurut prastiyo (2009 : 45-46) ada dua faktor yang mempengaruhi kurangnya minat baca yaitu faktor internal dan eksternal,faktor internal berasal dari dalam individu itu sendiri seperti malas membaca, kebosanan saat membaca, serta kesibukan dari mahasiswa akan aktivitasnya.Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar atau lingkungan seperti keluarga, kampus, teman bergaul dan lainya. Tentu, peristiwa ini sangat jelas mencerminkan begitu minimnya kebudayaan membaca dikalangan mahasiswa,tentu sangat disayangkan generasi penerus bangsa yang lebih memilih ilmu praktis dari internet daripada ilmu yang membuka cakrawala pemikiran (buku).
memunculan minat baca pada mahasiswa saat ini memang bukanlah hal yang yang mudah,mereka membutuhkan dorongan untuk merubah kebiasaan mengambil informasi praktis dari internet. Seharunya peran keluarga mendidik anaknya agar lebih suka membaca daripada menghabiskan waktu dengan hura hura. Peran pemerintah juga sangat penting dalam meningkatkan kebiasaan membaca dikalangan mahasiswa, seperti membenahi inspratuktur perpustakaan dan kelengkapan dari perpustakaan yang ada, sehingga perpustakaan menjadi menarik dan mahasiswa merasa nyaman berada di perpustakaan. Serta, seharusnya pemerintah harus lebih melirik kepada para komunitas baca yang ada dan memberi fasilitas agar budaya membaca bisa bangkit dan mencerdaskan anak bangsa.
Salam literasi!!
Tags
opini